Pertama kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua sehingga kita dalam keadaan sehat wal afiat. Dan tak lupa kita haturkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke jalan yang benar ke jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Kali ini saya akan membahas tentang manusia sebagai makhluk ibadat. Mungkin banyak orang yang bertanya - tanya mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk ibadat? Karena segala perbuatan yang dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah. Meskipun tidak semua bisa berjalan sesuai kaidah. Karena manusia memang pada dasarnya diciptakan dengan banyak kekurangan. Manusia juga memiliki akal dan hawa nafsu yang terkadang sangat susah untuk dikendalikan. Berbeda dengan malaikat yang memang diciptakan hanya untuk mentaati segala perintah Allah. Malaikat diciptakan oleh Allah dengan istimewa, yaitu malaikat tidak pernah memiliki sifat malas sehingga malaikat tidak pernah membangkang atau melalaikan tugas yang iberikan oleh Allah kepada mereka.Manusia juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Namun, manusia pula yang akan merawat dan menyebabkan kerusakan di bumi. Semua bergantung pada manusia itu sendiri. Konsep ibadat dalam Islam sendiri ialah segala sesuatu bisa menjadi ibadat jika diawali dengan bacaan Basmalah (Bismillahirrohmanirrohim). Contohnya jika ingin pergi kuliah kita baca basmalah terlebih dahulu, maka itu akan menjadi ibadah bagi kita yang tentunya mendapat balasan pahala dari Allah.
Ada dua macam ibadat, yaitu ibadat mahdah dan ibadat Ghair Mahdah.
1. Ibadat Mahdah artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah
adalah untuk memberi contoh:
وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء 64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر 7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر 7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
صلوا كما رايتمونى اصلى .رواه البخاري . خذوا عنى مناسككم .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa
dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka
dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer
disebut bid’ah: Sabda Nabi saw.:
من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد . متفق عليه . عليكم بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين من بعدى ، تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ ، واياكم ومحدثات الامور، فان كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة . رواه احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه ، اما بعد، فان خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد ص. وشر الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة . رواه مسلم
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika,
من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد . متفق عليه . عليكم بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين من بعدى ، تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ ، واياكم ومحدثات الامور، فان كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة . رواه احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه ، اما بعد، فان خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد ص. وشر الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة . رواه مسلم
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika,
karena bukan wilayah
akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di
baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul
Quran, dan ibadah mahdhah lainnya,
keabsahannnya bukan ditentukan oleh
mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan
ketentuan
syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan
rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
ketaatan. Hamba wajib
meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk
kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu
misi utama diutus Rasul adalah
untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
2. Ibadat Ghair mahdah (tidak murni semata hubungan dengan
Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan
Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk
lainnya . Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
3. Hikmah Ibadah Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.
Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.
Itu
karena yang menempati bumi tidak hanya manusia, melainkan juga makhluk-makhluk
lain seperti hewan, jin, setan dan makhluk-makhluk lainnya. Setan senantiasa
menyesatkan manusia karena setan yang sudah berjanji kepada Allah, bahwa akan terus
menggoda manusia untuk terus berada di jalan yang salah. Mereka yang
membisikkan kata-kata negatif yang menjurus pada perbuatan dosa. Sekarang
hanya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk bisa menahan
diri melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan menjurus ke perbuatan
dosa dan bagaimana cara kita untuk tetap memperkuat iman serta menjaga segala
perbuatan baik agar senantiasa istiqomah di jalan yang benar.
Berbeda dengan Jin yang juga sering mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Mereka (Jin) yang sering mengganggu kita termasuk Jin yang memiliki sifat buruk atau jahat sama seperti manusia juga ada yang memiliki sifat buruk atau jahat. Menurut info yang pernah saya dengar Jin juga ada yang beragama. Sama seperti manusia mereka ada yang beragama dan juga ada yang tidak beragama. Nah, Jin jahat yang beragama maupun tidak inilah yang sering mengganggu kita entah mereka muncul dengan wujud yang sering kita sebut dengan hantu.
Namun
kita tahu, setan tidak akan pernah menyerah untuk menggoda kita. Begitu juga dengan Jin yang sering kali membuat kita terganggu. Maka dari
itu, kita harus senantiasa mampu mempertebal iman kita, serta menguatkan niat kita.
Karena dari niat inilah semua perbuatan berawal. Semua yang kita lakukan pasti
ada niat tersendiri, baik ataupun buruknya niat bergantung pada kemampuan kita
menahan segala godaan setan atau Jin tadi.
Seperti yang telah dijelaskan tadi, bahwa sebagai manusia kita pasti pernah berniat baik maupun buruk meskipun kita hanya beberapa kali berniat buruk misalnya mengusili teman atau yang lainnya. Lalu, bagaimanakah perhitungan pahala ataupun
dosa untuk niat baik ataupun buruk?
Niat
yang baik, meskipun hanya niat ia sudah mendapat pahala. Apalagi jika niat dari
perbuatan baik tersebut benar dikerjakan, maka pahala yang akan didapat berlipat
ganda. Sedangkan
niat yang buruk, saat berniat ia mendapat dosa. Namun ketika niat buruk
tersebut tidak jadi ia kerjakan, maka dosa dari niatnya tadi akan terhapus.
Tetapi jika benar ia kerjakan, maka dosanya pun akan berlipat ganda sesuai
dengan perbuatan yang ia lakukan.
Allah
tidak memandang perbuatan baik seseorang dari harganya atau kuantitasnya,
tetapi dari kualitas keikhlasan yang terkandung dalam niatnya tersebut.
Misalnya seperti dua orang yang menyumbangkan sesuatu ke sebuah masjid. Orang
pertama menyumbangkan sebuah kipas angin yang mahal, dan orang kedua
menyumbangkan sebuah sapu lidi yang harganya standar pasar. Tetapi allah tidak
akan melihat nilai atau harga dari kedua barang tersebut, karena jika seperti
itu maka orang yang kurang atau bahkan tidak mampu dalam hal ekonomi tidak akan
bisa banyak mengumpulkan pahala karena kesulitannya. Maka disinilah bentuk
keadilan Allah pada makhluk-makhluk-Nya. Allah hanya akan melihat dari sisi
kualitas keikhlasan yang menyertai barang-barang tersebut sesuai dengan
kehendak Allah. Bisa jadi sapu lidi menjadi barang yang mahal dihadapan Allah
dibanding dengan kipas angin yang lebih mahal harganya, begitupun sebaliknya.
Karena Allah maha tahu segalanya, Allah maha mengetahui hati manusia. Sehingga
tidak akan ada makhluk yang mampu berbohong kepada-Nya.
Sekian dulu penjelasan dari saya, semoga apa yang saya jelaskan tadi bermanfaat bagi anda. Terima kasih telah berkunjung.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar